Apakah ini rasanya menjadi pecundang? Apakah ini rasanya menjadi seseorang yang kalah? Apakah ini rasanya sakit? Apakah mereka tidak memikirkan akibat di sekitar mereka? Mengapa beribu alasan terucap saat ku mencoba menyayangimu yang membuatku sedih? Mengapa beribu kasih sayang terucap saat bukan aku yang berdiri dihadapanmu sekarang? Mengapa kedustaan yang kau berikan kepadaku? Mengapa kasih sayang yang kau berikan kepadanya? Mengapa harus bersembunyi? Mengapa dia? Apa salahku? Apakah aku mengganggu harimu? Apakah aku telah membuatmu tidak nyaman? Apakah aku sebuah batu yang menghalangi jalanmu? Apakah aku yang membuat jalanmu terjal? Apakah aku membuat hatimu begitu gelap? Apakah aku membuatmu marah? Mengapa kau selalu berkelit? Sekarang kau bebas terbang dengan sayap indahmu. Mengapa dahulu sayap itu kau sembunyikan dariku? Apakah aku menghapus senyum manismu? Apakah dia yang telah melukis kembali senyummu? Apakah aku membuat luka dihatimu? Apakah dia yang menyembuhkannya? Apakah aku telah menciptakan awan hitam dimatamu? Apakah dia sinar mentari yang datang dan membuat sinar matamu kembali indah? Apakah aku telah merusak harimu? Apakah dia yang telah mengembalikan hari-hari indahmu? Mengapa kau mainkan sandiwara sedih ini? Mengapa kau memilih dia sebagai aktor pendampingmu? Mengapa kau memainkan ku hanya untuk menjadi pemain terbuang? Mengapa kau sampai hati? Apakah kau melupakan caraku melihat matamu? Apakah kau melupakan segala kekonyolanku saat berada dihadapanmu? Apakah kau melupakan segala usahaku? Atau kau telah melupakanku seutuhnya? Memang mulut ini telah berkata untuk tidak menyayangimu? Namun apakah hati ini sanggup menghilangkan senyum manis itu? Apakah hati ini dengan mudah melupakan sinar mata indah itu? Apakah hati dengan mudah melupakan sikap gemulai itu? Apakah hati ini berhenti menyayangimu? Apakah semua dapat melupakan seorang ciptaan Tuhan yang menurutku indah? Mengapa kau bahagia diatas sedih ini? Mengapa kau menari diatas kaku ini? Mengapa kau tersenyum lepas diatas tangis ini? Taukah kau disini ku tetap mengindahkanmu? Taukah kau disini ku masih setia menunggumu? Taukah kau ku disini masih tetap berdiri dan berharap kau memelukku erat? Taukah kau hati ini masih menerimamu? Namun apakah kau masih bersedia kembali dan memberiku kesempatan lagi? Kupikir semua ini terlalu dramatis dan tidak masuk akal. Tetapi inilah kenyataannya. Inilah yang sebenarnya terjadi. Apakah rasa amarah yang membuatku menulis ini? Apakah rasa cemburu yang menguasai diri ini? Diri ini hanya bisa mencoba bahagia melihat senyum yang kembali merekah di bibir seorang wanita yang menurut diri ini indah. Diri yang dahulu telah melukis senyum manis itu. Diri yang dahulu menciptakan sinar indah mata itu. Diri yang dahulu bersedia memberikan seluruh tenaga nya untukmu. Diri yang dahulu menemanimu saat kau sendiri. Kupikir saat ini aku hanya setitik embun diantara megahnya pelangi. Setitik debu diantara indahnya mentari pagi. Hanya bisa berharap kau memaafkan daku yang telah menghapus senyum manis itu. Yang telah merusak lukisan sinar mata indah itu. Yang tak sempat memelukmu erat. Yang tak sempat memberikan bahu ini untukmu bersandar. Yang tak bisa menghangatkanmu. Yang tak sempat berdiri mendampingimu. Yang telah membiarkan kau sendiri. Yang telah membuat wajah indah mu menjadi wajah kebencian. Senyum ini mulai memudar seiring langkah kakimu menjauh. Disini ku beridiri seorang diri. Disini bagaikan sebuah patung yang hanya bisa melihat indahnya pelangi sore ini. Aku tau semua ini berlebihan. Aku sadar semua ini dramatis. Apa yang harus diri ini lakukan? Apakah harus bertindak? Kupikir tidak, karena ini bukan bagianku. Ini bukan hakku. Disini ku hanya diam dan berpura-pura bahagia demi senyum manis itu. Diri ini harus membohongi perasaan hatinya. Semua ini demi perempuan indah, malaikat terindah, perempuan yang anggun. Perempuan yang penuh dengan kasih sayang. Namun saat ini aku bertanya, apakah ini engkau? Apakah ini perempuan yang kukenal? Perempuan yang penuh kejujuran dan rasa belas kasih? Mengapa kutulis semua ini? Mengapa? Apakah ini rasanya menjadi seorang pecundang?
mengapa anda harus berdiam diri saja? apakah anda tidak ingin membuat diri anda sendiri bahagia? berjuanglah untuk diri sendiri agar bahagia. karena diri anda sendiri yang tau bagaimana karna Tuhan semua orang berhak untuk bahagia. namun apabila dia memang bukan untuk anda, carilah kegiatan yang lain untuk membuat anda lebih bahagia, wanita tidak hanya dia saja di dunia ini. tapi kalau memang dia yang membuat anda bahagia, berjuanglah untuk dia dan anda.
BalasHapusterima kasih atas respon yang baik ini. Memang semua berhak untuk bahagia, namun saya pikir dalam situasi ini, saya sedang berada dalam proses untuk melupakan seseorang. dimana proses ttu terasa tidak nyaman dan membuat sedih.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusapakah ini true story? kalau iya, apakah skrg dia berteman dengan anda? kalau tidak, mengapa?
BalasHapusiya dan semua tulisan yang saya ceritakan disini berdasarkan cerita nyata. sementara ini kami sedang saling menjauh
Hapusapakah kalian pernah menjalin hubungan lebih dari sekedar teman?
BalasHapustidak dan mungkin tidak akan pernah
Hapusmengapa?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskarena dia sudah menemukan apa yang membuat dia bahagia dan nyaman
Hapus