Senin, 22 Februari 2016
Dinding Pembatas
Kumulai pagi ini dengan bersyukur dan bangga karena masih diberikan kehidupan oleh-Nya. Kembali ku lihat seorang sosok kepala keluarga menyapaku dengan penuh kasih dan penuh semangat. Kemudian tugas untuk menjadi sukses telah datang menghampiri. Dan apa yang terjadi? Para kolega meninggalkanku di tempat yang terasa asing dan membuat tidak nyaman, sontak hati dan kepala ini terasa panas. Apa yang salah denganku? Apa mereka tidak berfikir bahwa yang mereka lakukan adalah suatu sikap yang bodoh? Datang tepat waktu sudah menjadi kewajiban, tapi mereka asyik dengan dunianya. Dunianya? Ya, karena para individu di sekitar membuat dinding pemabatas yang tak tampat dan tanpa sadar sudah membuat kesalahan besar. Disaat mereka bersenang-senang, disini ada beberapa yang dengan sabar menunggu. Lalu setelah keluar dari dunianya, mereka kembali menyapa dengan candaan bodoh yang seakan-akan meremehkan seseorang yang emreka anggap bukan dari bagiannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar