Tekadang ku terdiam di pagi hari dan ku hanya ingin seseorang mampu memelukku dan berkata, "tenanglah dan lepaskan bebanmu, karena ku disini akan selalu disisimu". Pelukan itu hanya untuk menjadi obat sakit hati ini yang tak kunjung pulih. Tapi apa daya, ku hanya sendiri disini di sudut ruangan. Apa daya ku yang hanya seorang pengecut yang tak tahu harus berbuat apa, yang tak tahu caranya membuat hatinya luluh. Terkadang ku iri melihat sepasang kekasih yang memegang erat satu sama lain, saling menjaga tanpa harus takut kehilangan.
Ku hanya mampu melihat dan tersenyum kecil. Lalu ku sadar rasa iri tidak mengubah semuanya. Ku diam dan merenung, apa yang harus aku lakukan? Aku bukanlah seseorang yang bisa berbicara, aku memilih mendengarkan daripada didengarkan. Banyak orang yang bertanya kepadaku tentang cintanya, lalu dengan senang hati ku jawab satu per satu. Tetapi aku berpikir kenapa aku bisa membuat orang lain menemukan cintanya sedangkan aku tidak bisa menemukan cintaku sendiri? Mungkin karena sifatku yang pemalu dan tidak percaya diri bila berhadapan dengan wanita.
Atau karena aku memang pengecut di hadapan wanita? Selama ini ku mencoba untuk menghilangkan rasa itu, tetapi rasa tidak percaya diri ini tetap saja muncul layaknya parasit yang selalu menjadi beban. Setiap malam ku memikirkannya, apa yang sedang dilakukannya? Bagaimana kondisinya? Apa yang bisa ku lakukan untuk bisa membuat malamnya terasa indah? Apa kata pertama yang akan ku ucapkan kepadanya esok fajar? Apakah ada sedikit terbesit namaku di pikiran dan hatinya? Karena namanya sudah terpatri kuat di pikiran dan hati ku.
Rabu, 09 November 2016
Minggu, 06 November 2016
Dua Sisi...
Manusia memang makhluk yang unik. Bagaimana tidak, mereka bisa merenung di tengah keramaian. Mereka bisa menangis ketika semua orang bahagia. Mereka bisa tertawa di atas kesedihan orang lain. Mereka bisa tertawa saat mereka menangis dan menangis saat mereka tertawa. Mereka bisa tertidur lelap di tengah suara bising. Mereka seketika berduka setelah bersuka. Mereka bisa bahagia setelah bersedih. Mereka bisa bangkit setelah terpuruk.Mereka bisa dengan mudahnya terjatuh saat berada di puncak. Mereka akan berlari ketika semuanya diam. Mereka akan memilih diam ketika yang lain berlari. Mereka akan memilih bersuka ketika masalah datang dengan alasan "lupakan sejenak masalahmu".Mereka akan putus asa ketika tantangan datang dengan alasan tidak ada jalan keluar. Mereka akan merendahkan orang ketika orang lain berada diatas mereka. Mereka akan "menginjak" orang lain ketika orang lain lebih rendah dari mereka. Mereka akan melupakan beribu kebaikan hanya karena satu kesalahan. Mereka akan menyerang orang lain ketika ada yang mengungkit masalahnya dengan alasan "yang berlalu biarlah berlalu, tak perlu diungkit kembali. Mereka akan merasa jumawa ketika mereka bebas melakukan apapun tetapi mereka akan diam dan tertunduk tak berdaya ketika harus mempertanggungjawabkan apa yang telah dia lakukan. Hari ini mereka akan menampakkan senyuman manis di bibirnyaa. Esok hari mereka membuat bibir manisnya menjadi senjata yang siap membunuh siapa saja. Mereka akan melupakan Tuhan ketika mereka tenggelam dalam nafsu duniawi, tetapi mereka akan menyebut nama Tuhan ribun kali atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Tuhan merenggut segalanya dari mereka. Mereka akan meninggalkan orang yang ia cintai demi mendapatkan yang baru, namun mereka akan menyesal dan memohon untuk kembali ketika yang baru telah mendapatkan yang lebih baik. Lalu semua itu disebut unik? Atau lebih tepatnya munafik? Entahlah aku pun tidak tahu apa jawabannya. Layaknya drama, tidak ada kepastian dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Keunikan manusia juga terbukti ketika seseorang yang tetap berjuang memberikan yang terbaik demi sebuah ssenyuman manis ketika serang yang ia cinta memalingkan pandangannya seolah tidak terjadi apa-apa atau bahkan memilih yang lebih baik. Apakah ini disebut pantang menyerah atau membuang waktu? Untukku ini adalah pantang menyerah karena ketika kau berusaha untuk sesuatu yang baik dan membuatmu bahagia, tidak ada yang namanya membuang waktu. Ingat, jangan menyerah untuk memberikan yang terbaik untuk sebuah senyuman walau sekecil apapun, karena kita tidak tahu apakah hari esok kita masih mampu melihat orang yang kita cinta, tersenyum dan mengucapkan "kau adalah orang terbaik yang pernah kutemui, kukenal, dan ku cinta".
Selasa, 11 Oktober 2016
Ya.....
Iya, karena lelah dirasa tapi cinta pada hati mengalahkan rasa. biar lelah dikata, tapi hati tau kemana ia mencinta. Tapi bagaimana bila ia yang kau cinta tak pernah sedikit pun merasakan cintamu? Kamu memberi seharusnya bukan karena kamu diberi. Kamu membagi seharusnya bukan karena kamu lebih dahulu dibagi. Kamu mencintai seharusnya tanpa harus dicintai. Maka waktu orang yang kamu cintai tak merasakan cintamu, itu bukan menjadi luka bagi hatimu. tetapi disini ku menunggu tanpa kepastian, rasa yakin itu pudar bersama angin. Selalu berharap bahwa pesan cinta ini diterima dan dirasakan oleh dirinya. Oh Tuhan aku tak yakin akan hal ini. Mengapa ini menjadi rumit? Karena mungkin cinta butuh proses, dan proses juga cinta adalah bagian dari hidup. Tuhan menjadikan cinta begitu rumit supaya suatu saat setelah kamu berhasil melalui proses itu, kamu tersadar betapa berharganya kekasih hatimu ketika kamu berhasil gapai. Lalu apakah disana ia merasakan hal yang sama? Aku harap begitu karena ku disini tulus mencintanya.
Created by: Jovanca Natasya & Stefanus Bayu
Rabu, 06 Juli 2016
Malam Rindu
Lalu hujan pun turun dan rasa rindu kembali datang menghampiri, Oh mengapa? Aku tidak suka ini, aku tidak ingin ini terjadi. Rasa ini datang tak dikehendaki tapi di sisi lain aku tak bisa menolaknya dan aku harus menjalani rasa ini. Inilah saat yang ku takutkan. Saat kumulai lupa dan saat itu pula rasa ini datang. Takut akan kembali mencintainya dan takut akan melukai hatinya untuk kesekian kalinya. Tapi inilah rumit nya kisah cinta. Inilah kisah pahit masa muda, masa dimana cinta mudah datang mudah pergi namun sulit untuk melupakan. Dimana cinta hanya terbangun sesaat dan runtuh seketika. Saat dimana rindu menjadi suatu langkah yang harus dilalui dan memang berat jika rindu sudah datang. Banyak orang mengira ini hanya omong kosong belaka tapi hey aku pun menjalainya dan bahkan sangat rumit. Mungkin sudah melupakan sosoknya tapi kenangan sulit untuk pergi. Tak sadar hujan mulai reda dan langit hitam mulai pergi tapi mengapa rasa rindu tak turut pergi. Lalu matahari mulai turun perlahan berganti bulan yang mulai menampakkan terangnya. Namun masih terbayang segala kenangan manis pahit. Masih teringat saat tawa bersama, sedih bahkan marah. Bahkan masih teringat saat hatinya terluka karena seorang pria bodoh yang tak bisa merasakan kasihnya. yang tak merasakan hatinya yang selalu sabar dan pasti sakit. Saat ini kubertanya apakah disana merasakan hal yang sama dan apakah dia masih mempunyai rasa yang sama?
Senin, 23 Mei 2016
Mungkin...
Mungkin inilah saatnya untuk bertindak. Inilah saatnya untuk menjadi dewasa. Mungkin inilah saatnya untuk mengerti akan sebuah kerelaaan dan mungkin inilah saatnya untuk melepaskan sesuatu yang telah kita jaga dan biarkan ia terbang bebas laksana merpati. Tak semua berjalan indah memang dan tidak mudah untuk melupakan segala kenangan, namun makna yang dalam tertera dibaliknya. Dari situ kita bisa belajar bagaimana kita harus menjadi dewasa dan bijak dalam mengambil sikap. Dimana kita harus bisa rela melihat merpati tinggal di sarang yang baru dan merasa hangat di sarang yang baru. Kita belajar bahwa tidak semua yang kita harapkan dan inginkan itu akan selalu terwujud. Kita belajar bahwa wanita yang kita rasa bahagia dan nyaman bersama kita tidak akan selalu memilih kita. Kita belajar bahwa rasa sayang tak harus memiliki tetapi yang terpenting adalah rasa sayang akan tetap tinggal di dalam hati. Terkadang kita harus mengerti apa yang dibutuhkan seseorang, terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita sayang, terkadang kita harus melupakan seseorang demi sebuah langkah besar kedepan, dan terkadang kita harus melepaskan seseorang yang kita sayang demi kebahagiaannya dan demi kebahagiaan kita. Terkadang kita harus meninggalkan apa yang kita inginkan untuk sesuatu atau bahkan seseorang yang kita butuhkan.
Rabu, 18 Mei 2016
Daun Muda

Kamis, 12 Mei 2016
Surat untuk Pemilik Senyum Manis
Apakah ini rasanya menjadi pecundang? Apakah ini rasanya menjadi seseorang yang kalah? Apakah ini rasanya sakit? Apakah mereka tidak memikirkan akibat di sekitar mereka? Mengapa beribu alasan terucap saat ku mencoba menyayangimu yang membuatku sedih? Mengapa beribu kasih sayang terucap saat bukan aku yang berdiri dihadapanmu sekarang? Mengapa kedustaan yang kau berikan kepadaku? Mengapa kasih sayang yang kau berikan kepadanya? Mengapa harus bersembunyi? Mengapa dia? Apa salahku? Apakah aku mengganggu harimu? Apakah aku telah membuatmu tidak nyaman? Apakah aku sebuah batu yang menghalangi jalanmu? Apakah aku yang membuat jalanmu terjal? Apakah aku membuat hatimu begitu gelap? Apakah aku membuatmu marah? Mengapa kau selalu berkelit? Sekarang kau bebas terbang dengan sayap indahmu. Mengapa dahulu sayap itu kau sembunyikan dariku? Apakah aku menghapus senyum manismu? Apakah dia yang telah melukis kembali senyummu? Apakah aku membuat luka dihatimu? Apakah dia yang menyembuhkannya? Apakah aku telah menciptakan awan hitam dimatamu? Apakah dia sinar mentari yang datang dan membuat sinar matamu kembali indah? Apakah aku telah merusak harimu? Apakah dia yang telah mengembalikan hari-hari indahmu? Mengapa kau mainkan sandiwara sedih ini? Mengapa kau memilih dia sebagai aktor pendampingmu? Mengapa kau memainkan ku hanya untuk menjadi pemain terbuang? Mengapa kau sampai hati? Apakah kau melupakan caraku melihat matamu? Apakah kau melupakan segala kekonyolanku saat berada dihadapanmu? Apakah kau melupakan segala usahaku? Atau kau telah melupakanku seutuhnya? Memang mulut ini telah berkata untuk tidak menyayangimu? Namun apakah hati ini sanggup menghilangkan senyum manis itu? Apakah hati ini dengan mudah melupakan sinar mata indah itu? Apakah hati dengan mudah melupakan sikap gemulai itu? Apakah hati ini berhenti menyayangimu? Apakah semua dapat melupakan seorang ciptaan Tuhan yang menurutku indah? Mengapa kau bahagia diatas sedih ini? Mengapa kau menari diatas kaku ini? Mengapa kau tersenyum lepas diatas tangis ini? Taukah kau disini ku tetap mengindahkanmu? Taukah kau disini ku masih setia menunggumu? Taukah kau ku disini masih tetap berdiri dan berharap kau memelukku erat? Taukah kau hati ini masih menerimamu? Namun apakah kau masih bersedia kembali dan memberiku kesempatan lagi? Kupikir semua ini terlalu dramatis dan tidak masuk akal. Tetapi inilah kenyataannya. Inilah yang sebenarnya terjadi. Apakah rasa amarah yang membuatku menulis ini? Apakah rasa cemburu yang menguasai diri ini? Diri ini hanya bisa mencoba bahagia melihat senyum yang kembali merekah di bibir seorang wanita yang menurut diri ini indah. Diri yang dahulu telah melukis senyum manis itu. Diri yang dahulu menciptakan sinar indah mata itu. Diri yang dahulu bersedia memberikan seluruh tenaga nya untukmu. Diri yang dahulu menemanimu saat kau sendiri. Kupikir saat ini aku hanya setitik embun diantara megahnya pelangi. Setitik debu diantara indahnya mentari pagi. Hanya bisa berharap kau memaafkan daku yang telah menghapus senyum manis itu. Yang telah merusak lukisan sinar mata indah itu. Yang tak sempat memelukmu erat. Yang tak sempat memberikan bahu ini untukmu bersandar. Yang tak bisa menghangatkanmu. Yang tak sempat berdiri mendampingimu. Yang telah membiarkan kau sendiri. Yang telah membuat wajah indah mu menjadi wajah kebencian. Senyum ini mulai memudar seiring langkah kakimu menjauh. Disini ku beridiri seorang diri. Disini bagaikan sebuah patung yang hanya bisa melihat indahnya pelangi sore ini. Aku tau semua ini berlebihan. Aku sadar semua ini dramatis. Apa yang harus diri ini lakukan? Apakah harus bertindak? Kupikir tidak, karena ini bukan bagianku. Ini bukan hakku. Disini ku hanya diam dan berpura-pura bahagia demi senyum manis itu. Diri ini harus membohongi perasaan hatinya. Semua ini demi perempuan indah, malaikat terindah, perempuan yang anggun. Perempuan yang penuh dengan kasih sayang. Namun saat ini aku bertanya, apakah ini engkau? Apakah ini perempuan yang kukenal? Perempuan yang penuh kejujuran dan rasa belas kasih? Mengapa kutulis semua ini? Mengapa? Apakah ini rasanya menjadi seorang pecundang?
Senin, 22 Februari 2016
Dinding Pembatas
Kumulai pagi ini dengan bersyukur dan bangga karena masih diberikan kehidupan oleh-Nya. Kembali ku lihat seorang sosok kepala keluarga menyapaku dengan penuh kasih dan penuh semangat. Kemudian tugas untuk menjadi sukses telah datang menghampiri. Dan apa yang terjadi? Para kolega meninggalkanku di tempat yang terasa asing dan membuat tidak nyaman, sontak hati dan kepala ini terasa panas. Apa yang salah denganku? Apa mereka tidak berfikir bahwa yang mereka lakukan adalah suatu sikap yang bodoh? Datang tepat waktu sudah menjadi kewajiban, tapi mereka asyik dengan dunianya. Dunianya? Ya, karena para individu di sekitar membuat dinding pemabatas yang tak tampat dan tanpa sadar sudah membuat kesalahan besar. Disaat mereka bersenang-senang, disini ada beberapa yang dengan sabar menunggu. Lalu setelah keluar dari dunianya, mereka kembali menyapa dengan candaan bodoh yang seakan-akan meremehkan seseorang yang emreka anggap bukan dari bagiannya.
Jumat, 19 Februari 2016
Cemas
Pagi ini disambut oleh rintik hujan yang bergantian menyentuh permukaan bumi. Terlintas begitu saja bagaimana kabarmu? Bagaimana pagimu? Apakah disana terlintas juga pikiranmu tentangku? Hujan masih terus membasahi tiap-tiap makhluk dan benda yang mendiami bumi, entah mengapa matahari enggan untuk menampakkan keindahannya. Apakah ia malu? Apakah ia sudah bosan melihat manusia yang tidak menyapa nya? Layaknya perasaan ini yang masih ragu untuk mengutarakan rasa sayang ini. Setiap titik hujan membuatku bertanaya apakah kau baik-baik saja? Entah mengapa pertanyaan ini selalu menghantui. Aku bukan siapa-siapa, tapi apakah mungkin rasa cinta dan sayang yang membuat pertanyaan itu tak mau berlalu dari otak ini? Perasaan ini tak bisa dibohongi lagi. Ya, aku menaruh hati kepadamu, namun mulut ini belum bisa mengungkapkan rasa sayang yang besar kepadamu. Dan disini masih terus menunggu reaksi baikmu. Aku selalu melihatmu dari jauh dan merasa terpesona akan indah rambutnya dan sikapnya yang membuat bibir ini menampakkan senyum bahagia. Bagaikan sang bulan yang hanya berdiri melihat keindahan cahaya bintang. Sang bulan hanya bisa menghibur diri melihat sepasang individu yang saling menjalin cinta dibawah sinar dan lindungannya.
Kamis, 18 Februari 2016
Hanya Melihat dan Tersenyum
Beberapa hari berlalu dan sesaat merasakan suasana yang berbeda. Bingung awalnya namun mengerti akhirnya. Selalu mencoba bertanya dalam diri apa ada yang salah? Apa yang terjadi sampai dia menjauh begitu saja? Ya, hanya bisa melihat dan tersenyum. Melihatnya berjalan membuat suasana menjadi lebih terang walau berjalan menjauh. Harapan selalu terucap andai bisa berjalan bersama, saling memberi perhatian, dan tentu saja saling berbagi dalam kasih sayang. Tapi semua itu hanya harapan bodoh dari orang yang bodoh. Mana mungkin harapan itu terjadi jikalau mendekatinya pun tak berani. Mungkin hanya bisa mencintainya dalam hati dan berharap dia mengetahui dan mengerti. Orang bodoh yang berjuang untuk orang yang sempurna, Bagaikan cerita si buruk dan si Cantik. Dimana keberanian ini? Apa terlalu takut dengan resiko? Entah apa pertanyaannya tetapi satu jawaban, yaitu yakin dan percaya. Mungkin keyakinan itu mulai muncul dan harapan untuk mendapatkannya kembali besar. Tapi butuh perjuangan untuk itu. Dan untuk saat ini yang bisa dilakukan adalah melihat dan tersenyum.
Langganan:
Postingan (Atom)